Kamis, 14 April 2016

Tata Cahaya


1.      Pengertian Tata Cahaya

Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan. Seperti halnya mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti apa bentuk obyek, di mana dia saling berhubungan dengan obyek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi.

Kerja kamera elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem pencahayaan . Hal ini sesuai dengan karakter sistem proses perekaman gambar oleh kamera elektronik, sehingga masalah-masalah mengenai tata cahaya sangatlah penting peranannya dalam sebuah kegiatan perekaman gambar.

Cahaya menurut sumbernya dibedakan dalam Cahaya bersumber dari alam, seperti cahaya matahari ( natural light/daylight) dan Cahaya yang diciptakan atau bersumber dari lampu, api (artifisial light/tungsten)

Sumber cahaya itu sendiri mempunyai karakteristik jenis cahaya dan intensitas cahaya yang bermacam-macam. Kita abaikan dulu permasalahan ini, kita coba untuk memperlakukan sebuah sistem yang aplikatif terhadap kerja kamera.Seperti teori dasar tata cahaya. Dalam setiap pengambilan gambar dipengaruhi oleh kondisi tata cahaya yang ada, apapun kondisinya tetapi hasilnyapun juga mengikuti kondisi tata cahaya tersebut. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal maka kita dapat mengikuti teori dasar tata cahaya yang berlaku, walaupun pada praktek kerja kita dapat mengembangkan kreasi kita sesuai keinginan dan hasil yang akan dicapai. 

2.      Prinsip Dasar Tata Cahaya

Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi video, film, dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back Light

a.       Key Light
Pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.Fill Light

b.       Fill light
Pencahayaan pengisi, biasanya digunakan untuk menghilangkan bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight. Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key light.

c.        Back Light
Pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.

3.      Fungsi tata cahaya

Tata cahaya yang hadir di atas panggung dan menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir (Mark Carpenter, 1988).

a.       Penerangan, Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata cahaya panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area di atas panggung memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku aktor di atas pentas.

b.      Dimensi, dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi objek akan muncul.

c.       Pemilihan, Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak disinari. Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adeganmenggunakan kamera maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam pementasan tertentu, penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan fokus perhatian pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.

d.      Atmosfir, Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam peristiwa lakon.Tata cahaya mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung, efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya


Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan dengan memilih area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa. Gambar berikut memperlihatkan interaksi fungsi pokok tata cahaya.





Selain keempat fungsi pokok di atas, tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan oleh masing-masing ahli tata cahaya. Beberapa fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam tata cahaya adalah sebagai berikut.

1.      Gerak. Tata cahaya tidaklah statis. Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak dan berpindah dari area satu ke area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak perpindahan cahaya ini mengalir sehingga kadang-kadang perubahannya disadari oleh penonton dan kadang tidak. Jika perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu ke aktor lain dalam area yang berbeda, penonton dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi pergantian cahaya dalam satu area ketika adegan tengah berlangsung terkadang tidak secara langsung disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam suasana yang berbeda melalui perubahan cahaya.

2.      Gaya. Cahaya dapat menunjukkan gaya pementasan yang sedang dilakonkan. Gaya realis atau naturalis yang mensyaratkan detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti cahaya alami seperti matahari, bulan atau lampu meja. Dalam gaya Surealis tata cahaya diproyeksikan untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di luar kenyataan seharihari. Dalam pementasan komedi atau dagelan tata cahaya membutuhkan tingkat penerangan yang tinggi sehingga setiap gerak lucu yang dilakukan oleh aktor dapat tertangkap jelas oleh penonton.

3.      Komposisi. Cahaya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung melalui tatanan warna yang dihasilkannya.

4.      Penekanan. Tata cahaya dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau objek yang dinginkan. Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian penonton sehingga membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang tinggi yang senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan akan menarik perhatian penonton dan menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton menyelidiki maksud dari hal tersebut.

5.      Pemberian tanda. Cahaya berfungsi untuk memberi tanda selama pertunjukan berlangsung. Misalnya,  fade out untuk mengakhiri sebuah adegan, fade in untuk memulai adegan dan black out sebagai akhir dari cerita. Dalam pementasan teater tradisional, black out biasanya digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan pergantian set

  1. Peralatan Tata Cahaya

Kerja tata cahaya adalah kerja pengaturan sinar di atas pentas. Kecakapan dalam mendisitribusi cahaya ke atas pentas sangat dibutuhkan. Dengan peralatan tata cahaya, kontrol atau kendali atas distribusi cahaya itu dikerjakan. Penata cahaya perlu mengendalikan intensitas, warna, arah, bentuk, ukuran, dan kualitas cahaya serta gerak arus cahayaSemua kendali itu bisa dimungkinkan karena adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang untuk tujuan tersebut. Penguasaan peralatan wajib dipelajari oleh penata cahaya.

1.      Bohlam

Bohlam (bulb, lamp) adalah sumber cahaya. Bagian-bagian dari bohlam terdiri atas envelope, filament, dan base (Gb.204). Envelope adalah cangkang yang terbuat dari gelas kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen dari udara dan mencegahnya dari kebakaran.

Gb. Bohlam

Filament merupakan komponen yang mengubah panas listrik menjadi cahaya. Ukuran dan bentuknya bermacam-macam disesuaikan dengan ketahanan panas dan hasil cahaya yang dinginkan. Karena filament menghasilkan cahaya dari panas maka ia juga menjadi lemah karena panas sehingga mudah rusak. Oleh karena itu pemasangan dan pelepasan bohlam hendaknya dilakukan dengan hati-hati apalagi ketika kondisinya sedang menyala. Base, adalah dasaran untuk meletakkan bohlam pada dudukan yang sesuai dan merupakan komponen yang menghubungkan filament dengan arus listrik. Jenis dan bentuk base berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan dudukan yang disediakan pada masing-masing jenis dan merk lampu dari pabrikan tertentu.


 


Gambar di atas memperlihatkan aneka ragam bentuk bohlam. Hampir semua bohlam dibuat terpisah dengan reflektornya tetapi pada lampu PAR bohlam dibuat satu unit dengan reflektor dan lensa sehingga jika bohlam mati maka semua unit komponennya harus diganti. Pada dasarnya jenis bohlam lampu panggung ada tiga yaitu; tungsten, tungsten-halogen, dan discharge. Tungsten digunakan untuk lampu di bawah 1000 watt. Tungsten-halogen untuk lampu 1000 watt ke atas. Sedangkan discharge adalah lampu yang hanya bisa dioperasikan secara manual seperti lampu followspot. Penggunaan jenis bohlam ini didasari pada ketahanan material menahan panas tinggi dalam kurun waktu yang lama. Karena bekerja dengan panas, maka kualitas bohlam menurun seiring penggunaan waktu dan batas waktu hidupnya (lifetime) telah ditentukan (terbatas).

2.      Reflektor dan Refleksi

Untuk memancarkan cahaya dari bohlam ke objek yang disinari dibutuhkan reflektor. Cahaya yang hanya berasal dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak terarah pancarannya. Dengan reflektor maka pancaran cahaya yang berasal dari bohlam dapat ditingkatkan, diatur, dan diarahkan. Lampu panggung menggunakan tiga jenis reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical, dan parabolic. Reflektor ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips (lonjong) yang mengelilingi lampu sehingga mencipatkan efek pancaran tiga dimensi. Jarak masing-masing sisinya terhadap sumber cahaya tetap. Karena bentuknya tersebut cahaya yang dihasilkan oleh reflektor ellipsoidal memiliki dua focal point (tittik temu fokus cahaya). Focal point 1 berasal dari titik fokus sumber cahaya (bohlam) kemudian memantul kembali ke reflektor yang hasil refleksinya membentuk titik focal point 2 baru kemudian menyebar (Gb.206). 

 

Gb. Reflektor elipsoidal

 Reflektor spherical memiliki bentuk sisi yang membulat. Jenis reflektor ini memancarkan seluruh cahaya langsung dari titik focal point ke reflektor yang merefleksikannya kembali melalui focal point tersebut sebelum memencar. Jika dibuat garis lingkaran imajiner maka panjang cahaya yang ditempuh masing-masing garis cahaya adalah sama. Gambar 207 memperlihatkan refleksi cahaya melalui reflektor spherical.

 
Gb. Reflektor spherical

Reflektor parabolic memiliki bentuk sisi parabola. Reflektor jenis ini merefleksikan cahaya langsung dari atau melalui focal point kemudian menyebar secara paralel membentuk cahaya yang diameternya hampir sama dengan diameter reflektor (Gb.208). Dengan demikian, diameter cahaya yang dihasilkan sangat tergantung dengan diameter reflektor. Contoh lampu sehari-hari yang menggu-nakan reflektor parabolic adalah lampu senter.
 

Gb. Refleksi prabolic

Selain refleksi yang dihasilkan melalui reflektor, cahaya juga akan mengalami refleksi setelah menyentuh objek penyinaran. Refleksi cahaya yang memantul setelah mengenai objek dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu specular, diffuse, spread, dan mixed. Refleksi specular (seperti cermin) memantulkan arah cahaya tanpa mengubah besaran cahaya alami dari sumbernya (Gb.209). 

 

Gb. Refleksi specular

Refleksi diffuse terjadi ketika cahaya yang mengenai permukaan objek memantul dengan pendar yang merata ke segala arah (Gb.210). Contoh dari refleksi diffuse adalah ketika cahaya diarahkan ke sebuah lukisan dua dimensi.
 
Gb. Refleksi diffuse

Refleksi spread sama seperti refleksi diffuse tetapi persentase masing­masing garis cahaya tidak sama. Cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain (Gb.211).  Contoh refleksi spread adalah ketika cahaya mengenai gumpalan aluminium foil.
 
Gb. Refleksi spread

Refleksi mixed, merupakan refleksi campuran dari diffuse dan specular. Beberapa garis cahaya dipendarkan secara merata ke segala penjuru arah tetapi sebagian garis cahaya dipantulkan seperti cermin (Gb.212). Contoh refleksi mixed adalah ketika cahaya menyinari gagang pintu dari logam, jam tangan emas, atau lantai kayu yang mengkilat.
 
Gb. Refleksi mixed



3.       PAR 64 (Parabolic Aluminized Reflector 64)

  • Berisi bohlam PAR 64 dengan kapasitas 1000 Watt
  • Bohlam PAR sendiri terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu CP 60 (very narrow spot), CP 61 (medium/narrow spot), dan CP 62 (flood)
  • Penggunaan macam bohlam PAR ini biasanya ditentukan dari posisi peletakan dan keperluan dari acara tersebut
  • Terbuat dari aluminium
  • Terdiri dari 2 warna, yaitu hitam dan silver
  • Dilengkapi dengan filter frame
  • Biasanya disertakan juga warna dari filter tersebut

4.       Flood halogen/CYC


  • Berisi bohlam halogen dengan kapasitas 1000 Watt
  • Biasanya digunakan untuk menerangi area panggung atau area audience
5.       Fresnel
 
  • Berisi bohlam fresnel dengan kapasitas 1000 Watt atau 2000 Watt
  • Penggunaan lampu jenis ini sebagai lampu netral dan biasanya dipakai untuk keperluan studio TV, yang membutuhkan kejernihan hasil gambar yang dihasilkan oleh kamera video
  •  
6.       Effect lights

 
Salah satu komponen dari peralatan tata cahaya yang akhir-akhir ini sering dipergunakan adalah lampu efek yang terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu scanner dan moving light. Sama seperti peralatan tata cahaya yang lain, berbagai merek lampu efek dapat kita jumpai di pasaran. Kapasitas bohlam biasanya lebih bervariasi, seperti mulai dari kapasitas 250 Watt, 575 Watt, 1200 Watt, bahkan yang terbaru ada yang berkapasitas 1500 Watt dan 2000 Watt.
Peralatan ini dikendalikan secara otomatis melalui komputer atau lighting console

7.       Scanners
  •  Gerakan vertikal: ± 230°
  • Gerakan horisontal: ± 75°
  • Alat ini mempunyai gerakan yang cepat karena reflektor berupa cermin dan sekaligus memiliki kelemahan yaitu jangkauan area yang terbatas
8.       Moving lights
  •  Gerakan vertikal: ± 540°
  • Gerakan horisontal: ± 267°
  • Lampu jenis ini terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu moving light wash dan moving light profile/spot. Perbedaan kedua jenis ini terletak pada gobo
  • Memiliki beberapa fasilitas yang lebih lengkap daripada scanner, misal pada fungsi iris, zoom atau frost.
  • Gerakan alat ini relatif lebih lambat daripada scanner tetapi memiliki jangkauan area yang lebih luas
9.       Smoke machine
  •  Efek asap yang dipergunakan untuk memperjelas garis-garis sinar yang dipancarkan oleh lampu PAR dan lampu efek
  • Dapat dikendalikan secara otomatis melalui program komputer atau lighting console, atau manual
10.  Follow spot
  •  Alat ini dipergunakan untuk menyorot penampil yang ada dipanggung yang menjadi sorotan utama, seperti MC, bintang tamu atau seseorang yang spesial dalam acara tersebut
  • Kapasitas bohlam beragam, mulai dari 575 Watt hingga 5000 Watt. Demikian juga dengan jenis bohlam.
  • Dikendalikan secara manual

11.   City Light Color/Wash
  •  Salah satu peralatan yang cukup sering dipergunakan adalah city light color/wash
  • Dipakai untuk membuat nuansa warna pada suatu area acara. Sering difungsikan sebagai alternatif pengganti lampu PAR.
  • Kapasitas bohlam 2500 Watt
  • Dikendalikan secara otomatis melalui komputer atau lighting console
12.  Mirror ball
  •  Berupa bulatan bola yang ditempeli dengan ratusan kaca
  • Tidak menghasilkan sinar tetapi bisa merefleksikan sinar
  • Nama keren yang sering diucapkan adalah “bola disko”
  1.   ISTILAH-ISTILAH  DALAM  TATA CAHAYA
 Beberapa istilah yang sering digunakan dalam tata cahaya:
  1. Lampu: sumber cahaya, ada bermacam-macamtipe, sepertipar 38, spot, follow light, focus light, dan lain-lain.
  2. Holder: dudukan lampu.
  3. Kabel: penghantar listrik.
  4. Dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.
  5. Main light: cahaya yang berfungsi untukmenerangi panggung secara keseluruhan.
  6. Foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
  7. Wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
  8. Front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
  9. Backlight: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan dipanggung bagian belakang.
    1. Silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop
    2. Upper light: lampu untuk menerangi bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat diatas panggung.
    3. Tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring),tang,gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.
    4. Seri light: lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri (1 channel 1 lampu).
    5. Parallel light: lampu yang diinstalasi secara parallel. (1 channel beberapa lampu).
Secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya, baik tidaknya tata cahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’, anda harus banyak belajar dan mencoba (trialand eror).


5.      Warna Cahaya

1.      Sifat dan Warna Cahaya

Pemahaman soal cahaya adalah salah satu hal penting yang fotografer perlu kuasai. Foto yang dihasilkan dari kamera pada prinsipnya adalah rekaman dari efek cahaya yang mengenai obyek, baik yang bersumber dari cahaya alami atau cahaya buatan seperti lampu pijar. Seorang fotografer yang mengerti bagaimana mata dan lensa melihat spektrum warna dapat memaksimalkan penggunaan cahaya dalam fotografi. Tulisan singkat ini tentunya bukan menjadi acuan untuk teori dasar pencahayaan, hanya meringkas hal-hal dasarnya saja.
Spektrum warna cahaya matahari maupun cahaya buatan dari lampu pijar tampak sama-sama putih kalau dilihat dengan mata. Namun, jika cahaya ini dilewatkan melalui prisma, ia terbagi menjadi warna pelangi. Ini menunjukkan bagaimana “warna” putih berisi banyak warna dalam sebuah spektrum warna. Ketika cahaya mengenai sebuah obyek, obyek tersebut menyerap sebagian dari spektrum warna dan memantulkan kembali warna lainnya. Bagian dari warna yang tidak diserap oleh obyek tetapi dipantulkan kembali ke mata adalah warna obyek yang tampak oleh mata manusia. Misalnya mawar merah memantulkan bagian merah dari spektrum warna dan menyerap warna yang lainnya, sedangkan benda hitam menyerap seluruh spektrum warna.

2.      Cahaya Alami dalam Fotografi

Cahaya alami seperti cahaya matahari ternyata tidak sekonsisten yang anda kira. Pada jam-jam yang berbeda, nuansa spektrum warna yang berbeda bisa dihasilkan. Misalnya pada siang hari, bagian biru dari spektrum warna lebih dominan, menghasilkan cahaya yang ‘dingin’ (cool). Foto yang diambil pada siang hari terik tanpa awan menghasilkan cahaya keras, membuat foto menjadi sangat tajam dan kontras.
Cahaya matahari pagi yang keras menghasilkan kontras dan ketajaman tinggi 
Cahaya matahari sore berwarna kekuningan (warm) dan tidak terlalu kontras
Sebaliknya, cahaya alami pada saat matahari terbit dan terbenam lebih menampilkan bagian lebih merah-orange dari spektrum warna. Dalam fotografi, ini diikenal sebagai cahaya ‘hangat’ (warm), cahaya matahari yang terbit atau terbenam akan menghasilkan gambar yang lebih hangat dengan kontras lebih lembut seperti contoh foto saya diatas.

3.      Cahaya Buatan dalam Fotografi

Ketika fotografer menggunakan cahaya buatan dalam fotografi, efek pencahayaan tergantung pada jenis sumber cahaya yang digunakan. Cahaya tersebar dari lampu pijar menghasilkan kesan hangat, kekuningan. Lampu neon menghasilkan cahaya menyebar yang agak kehijauan. Sementara lampu kilat mempunyai warna yang mendekati warna sinar matahari di siang hari yang netral. Kesemua cahaya ini memiliki karakteristik berbeda dan bisa dimanfaatkan untuk mendapat foto dengan pencahayaan terkontrol seperti di studio.


4.      Cahaya Langsung (Direct) vs Cahaya Menyebar (Diffuse)

Arah cahaya dalam fotografi sangatlah penting : berbagai sudut cahaya menghasilkan bayangan yang berbeda, mengubah penampilan dari subyek yang difoto. Cahaya dalam fotografi digolongkan dalam dua jenis : cahaya langsung (direct light) dan cahaya menyebar (diffused light). Cahaya langsung, seperti cahaya dari matahari siang hari, mengenai subyek dari satu arah. Jika anda sedang mencari kontras tinggi antara cahaya dan bayangan, cahaya langsung adalah pilihan yang baik.
Kontras tinggi membentuk bayangan dan kesan dimensi
Di sisi lain, cahaya menyebar mengenai subyek dari beberapa arah. Pencahayaan neon adalah salah satu contoh cahaya menyebar dalam fotografi. Cahaya menyebar akan menurunkan kontras dan melembutkan gambar.

5.      Warna cahaya dan White Balance (WB) kamera

Sumber cahaya juga memiliki warna yang bervariasi sesuai temperatur Kelvin-nya, dan itu bisa mempengaruhi hasil foto. Ada baiknya anda mengenal berapa Kelvin lampu yang anda pakai. Bila tidak pasti, ilustrasi diatas bisa menjadi panduan dasar, misal Tungsten sekitar 3200K, flash 5500K dsb. Untuk mendapat hasil foto dengan warna yang netral, akurat dan sesuai aslinya kita bisa mengatur setting di kamera digital yaitu White Balance (WB), yaitu :
  • Auto WB : bila Anda ingin kamera untuk beradaptasi dengan perubahan cahaya dan menentukan setting WB yang sesuai
  • Tungsten : dipilih di kondisi pencahayaan dengan lampu pijar, kamera akan memilih temperatur warna di kisaran 3200K dan memberi banyak warna biru untuk mengimbangi kuningnya lampu pijar
  • Flourescent : dipilih bila berada di ruangan dengan lampu neon, kamera akan memakai temperatur warna di kisaran 4000K
  • Flash : dipilih bila sumber cahaya utama yang dipakai adalah lampu kilat
  • Daylight : untuk di luar ruangan dan sinar matahari cerah
  • Cloudy : untuk penggunaan outdoor di langit berawan atau mendung yang cenderung biru
  • Manual/Preset : ketika pilihan yang ada tidak memberi hasil foto yang netral. Dalam sumber cahaya yang dipakai saat itu, arahkan kamera pada kertas putih untuk mengubah pengaturan pencahayaan secara manual.
Di kamera yang lebih canggih disediakan juga pilihan nilai Kelvin sesuai temperatur warna sumber cahayanya. Semakin tinggi nilainya semakin kuning, semakin rendah nilainya, semakin biru. Tujuannya untuk mendapatkan akurasi warna yang lebih presisi. Salah memilih WB yang sesuai warna sumber cahaya akan menyebabkan hasil foto jadi kebiruan, atau kekuningan.

6.      Fotografi Warna atau Hitam Putih?

Pencahayaan memang penting dalam fotografi warna, tapi untuk fotografi hitam putih pencahayaan lebih penting lagi. Mengapa? Karena fotografi hitam putih adalah foto yang tidak mengandung warna (saturasi) sehingga hanya mengandalkan gradasi kontras antara area terang (highlight) dan area gelap (shadow).

7.      Asas-Asas Penataan Cahaya

Kursus ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan. Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:
• Fungsi dan kualitas cahaya
• Aspek rekabentuk dalam cahaya
• Asas elektrik; mengenali bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang Ohm untuk menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.
• Aspek optik – iaitu aspek pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis reflektor dan ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.
• Jenis dan fungsi lampu yang digunakan di dalam teater
• Kegunaan warna di dalam pementasan teori warna dan pengawalan warna
• Sistem pemalap [dimmer system] – manual dan memory
• Mencipta ‘light plot’ dan membentuk ‘lighting cues’

8.      TRIK APLIKASI WARNA

1. Aplikasi warna cerah pada salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi aksen untuk keseluruhan rumah.
2. Warna netral untuk fasad bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah, aplikasikan hanya pada satu bidang.
3. Perpaduan warna cokelat dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.
4. Abu-abu muda serta hijau kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.
5. Pada warna ruangan yang terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”.
6. Warna-warna lembut dan cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana pada ruang keluarga dan kamar tidur.
7. Permainan dinding dengan warna natural akan membuat ruangan lebih luas.
8. Warna dinding natural yang berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk masing-masing ruang tersebut.
9. Pagar merah bata, dinding abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah lebih dinamis.
10. Untuk menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding dan putih pada lantai.